Rabu, 29 April 2009
Finally...
Akhirnya blognya selesai juga...
Selamat membaca....
Semoga informasi ini bermanfaat buat teman-teman..
Langganan:
Postingan (Atom)
Hi... This is my first blog I've ever made...
Teknologi superkritis
Aplikasi Teknik kimia sangat berkembang pesat dalam kehidupan perindustrian. Salah satu hal yang baru diterapkan adalah teknologi superkritis. Teknologi superkritis digunakan dalam memproses makanan, mengekstrakkan zat kimia, atau meningkatkan mutu produk. Pada prinsipnya teknologi superkritis ini memanfaatkan kondisi fluid yang melebihi titik didih pada tekanan tinggi sebagai solven atau pelarut zat lain. Tentu saja tidak semua fluid dapat berperan dalam teknologi superkritis ini. Sampai sekarang, penggunaan tekonolgi superkritis ini hanya diterapkan pada fluida air dan karbondioksida. Berdasarkan hasil penelitian, kedua fluid ini memiliki karakteristik yang unik pada kondisi superkritisnya (di atas titik didih dan pada tekanan tinggi). Keduanya dapat melarutkan zat-zat yang biasanya tidak terlarutkan. Berikut gambaran dari penggunaan fluid karbon dioksida dalam teknologi superkritis.
CO2 merupakan gas buangan pernafasan. Kadar karbon dioksida yang berlebih justru akan menyebabkan global warming (pemanasan global). Hal ini dapat kita cegah dengan pemanfaatan CO2 sebagai agen dalam teknologi superkritis ini. Ketika karbon dioksida dipanaskan diatas temperatur kritisnya (31oC), pada tekanan yang lebih besar dari 72,8 atm, CO2 akan membentuk cairan superkritis. Cairan superkritis ini memiliki sifat-sifat baik dari larutan maupun gas. CO2 superkritis dapat digunakan sebagai pelarut dan seiring dengan waktu, kepopulerannya sebagai pelarut makin dikenal karena sifatnya yang aman, ramah lingkungan, dan murah dibandingkan dengan beberapa pelarut organik yang kini umum digunakan di dunia industry. Sebagai contoh, CO2 superkritis kini digunakan untuk melarutkan kafein dalam bijih kopi untuk menghasilkan kopi dengan kafein rendah (decaff coffee). Teknik lama untuk mendekafeinasi bijih kopi antara lain menggunakan berbagai pelarut organik seperti metilen klorida atau klorofom yang memiliki tingkat toksisitas tertentu. Keuntungan dari penggunaan CO2 superkritis ialah segi pembuangan yang relatif murah dan efek lingkungan yang relatif ramah, walaupun dari segi instrumentasi jauh lebih mahal.
Lembaga Sumber-Sumber Botani di California, AS, mengembangkan proses yang menggunakan CO2 superkritis untuk memungut kembali pyrethrin, sejenis insektisida yang terdapat dalam kembang chrysantemum. Menurut Marc Sims, presiden lembaga itu, hasil uji coba yang mereka lakukan tahun lalu membuktikan kelayakan ekonomis untuk menanam jenis chrysantemum tadi, dan menerapkan proses ekstraksi berdasarkan fase superkritis. Keuntungan lain, proses ini tidak memungut klorofil bersama pyrethrin yang diambil. Klorofil harus dipisahkan karena ia akan merusakkan warna. CO2 superkritis tidak mengikutsertakan klorofil di dalamnya. Fase superkritis juga sangat berguna dalam pemanfaatan sisa. Pada pertengahan 1970-an, Crltical Pluid System mengembangkan proses untuk menghidupkan kembali (regenerate) activated-carlon alsorents, yang digunakan untuk membersihkan air atau udara yang tercemar. Setelah itu, Critical Fluid System mengembangkan lagi metode untuk membersihkan lumpur yang digunakan pada pengeboran minyak. Perusahaan tersebut juga mengembangkan cara membersihkan dan menyingkirkan minyak dan bijih besi sisa pada pabrik baja. Salah satu hambatan yang dirasakan hingga kini ialah, metode fluida superkritis memerlukan biaya sangat tinggi. Soalnya, metode ini selalu membutuhkan reaktor tekanan tinggi, di sampimg juga sangat banyak menggunakan pipa. Namun, tampaknya, metode superkritis akan diterapkan lebih luas dalam tahun-tahun mendatang, terutama di dunia industri.
Tak kalah dengan karbon dioksida superkritis, Air pada kondisi superkritis, yaitu di atas suhu 374 derajat Celsius dan tekanan di atas 220 atmosfer juga mampu melarutkan dan mendekomposisi senyawa organik, termasuk plastic dan gas. Plastik yang terdekomposisi akan menghasilkan senyawa dasar penyusunnya, yaitu monomer yang selanjutnya dapat digunakan kembali sebagai bahan baku plastik dengan kualitas yang sama.
Ternyata, tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh Chemical Engineers ya?? Namun, karena pengembangan teknologi ini baru di kalangan industri, masih terdapat beberapa kendala dan dibutuhkan penyempurnaan lebih lanjut.